Garudaposnews.id, Medan, – Runtuhnya langit-langit ruang media center Asrama Haji Medan pada Kamis (19/6), pukul 15.24 WIB, melukai tiga wartawan, bukan hanya sebuah kecelakaan, tetapi gambaran nyata dari kegagalan sistematis dalam manajemen risiko. Tiga jurnalis – Togi Hendri Sihombing (bidikkasusnews.com), Zainal (63 tahun Media Belum Di konfirmasi)dan Rosmaneli (lensa-nusantara.biz.id) – mengalami cedera akibat insiden ini, menunjukkan betapa rapuhnya keselamatan di fasilitas publik yang seharusnya menjamin keamanan.
Meskipun respon cepat dari Humas Asrama Haji dan pelaporan ke Kakanwil Kemenag Sumut patut diapresiasi, fokus seharusnya beralih pada pertanyaan yang lebih mendasar: bagaimana insiden ini bisa terjadi? Apakah ada sistem pemantauan dan pemeliharaan bangunan yang adekuat? Apakah evaluasi risiko dilakukan secara berkala? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan mengungkap akar masalah yang lebih dalam daripada sekedar kerusakan fisik bangunan.

Kejadian ini menuntut transparansi dan akuntabilitas. Investigasi yang menyeluruh dan independen harus dilakukan untuk menentukan penyebab runtuhnya langit-langit dan menetapkan tanggung jawab. Publik berhak mengetahui langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang. Selain itu, perhatian juga harus diberikan pada kondisi para wartawan yang terluka dan jaminan akses mereka terhadap perawatan medis yang memadai.
Insiden ini bukan sekadar masalah fisik, tetapi juga masalah manajemen dan kepemimpinan. Kejadian ini menunjukkan kebutuhan untuk meningkatkan standar keselamatan dan keamanan di semua fasilitas publik, dengan penekanan pada pencegahan proaktif dan tanggung jawab yang jelas. Asrama Haji Medan harus menjadi contoh bagaimana kegagalan dalam manajemen risiko dapat berakibat fatal.(Tim)
Sumber Wartawan Bidikkasus Togi Sihombing